Cara menulis Cerita Fiksi Yang membosankan (Part 1)
Tidak ada peningkatan ketegangan atau peningkatan masalah. Tokoh utama dalam sebuah cerita fiksi wajib menghadapi berbagai masalah, cerita yang tokoh utamanya punya banyak masalah belum tentu juga menarik. Bisa juga menjadi membosankan.
Misalkan
Lili pergi ke pasar. Tiba-tiba, preman menghadang. "Berikan semua uangmu!" Seru preman itu. Lili gemetar, lututnya bergoyang-goyang. Lili memutuskan untuk kabur. Tapi, preman itu mengejarnya dan menangkap tangan Lili. Lili semakin gemetar, keringat membasahi kening. Lili akhirnya pingsan. Preman itu mengambil semua uangnya. Setelah sadar, Lili pulang ke rumah sambil menangis. Orang tuanya marah-marah, karena Lili tidak membawa apapun.Dua minggu kemudian, Lili pergi ke pasar. Seorang preman kembali menghadang. "Berikan semua uangmu." Lili kembali ketakutan dan pingsan. Preman itu mengambil semua uangnya. Setelah sadar, Lili pulang ke rumah sambil menangis. Orang tuanya marah-marah, karena Lili tidak membawa apapun.
Tiga minggu kemudian, Lili pergi ke pasar. Seorang preman kembali menghadang dirinya. "Berikan semua uangmu." Lili kembali ketakutan dan pingsan. Preman itu mengambil semua uangnya. Setelah sadar, Lili pulang ke rumah sambil menangis. Orang tuanya marah-marah, karena Lili tidak membawa apapun. Akhirnya, Lili bunuh diri.
Contoh di atas hanya 'kiasan' saja. Tidak ada penulis yang benar-benar menulis seperti itu. Tapi, sangat banyak penulis yang melakukan kesalahan yang mirip dengan itu.
Protagonis (Tokoh utama / Hero) dalam ceritanya diberikan banyak masalah. Tetapi, Si protagonis tersebut tidak melakukan apapun. Atau mencoba melakukan hal yang sama, yang sebelumnya sudah gagal.
Misalkan
Cerita seorang pembantu yang selalu diperbudak oleh majikannya. Pembantu itu selalu menangis tanpa melakukan apapun. Kemudian, dia jatuh cinta pada anak majikannya. Si pembantu ini selalu mengadu ke anak majikannya itu. Anak majikannya itu yang melakukan sesuatu, misalkan memarahi orang tuanya sampai memenjarakan orangtuanya.Sedangkan si pembantu itu hanya diam dan menderita saja sepanjang cerita. Padahal, dalam cerita itu, dialah yang menjadi pemeran utamanya.