Cerita Seram Kuburan Tua - Tono Jadi Gila
Lebar jalan itu tidak lebih dari dua meter. Di sebelah kirinya, bekas sawah yang sudah berpuluh tahun tidak terurus, mengubah sawah itu menjadi rawa yang ditumbuhi pohon sadduduk setinggi leher orang dewasa. Di sebelah kanannya adalah pabrik tembaga – sudah tutup sejak 17 tahun yang lalu.
Jalan itu tidak beraspal – dipadati batu-batu cadas sebesar kepalan tangan orang dewasa. tiga kilometer dari desa Mojor menuju kecamatan Batani, belok kanan dan merupakan jalan datar, kemudian menanjak 100 meter, sekitar 45 derajat. Di atas, di sebelah kanan jalan itu, adalah sebuah gerbang besi yang sudah tua. Gerbang itu selalu tertutup tetapi tidak pernah terkunci, gembok besarnya selalu terbuka. Itu adalah gerbang kuburan umum di desa Mojor. Kuburan itu sudah penuh sejak puluhan tahun yang lalu. Orang desa tidak pernah mengunjungi kuburan itu. Bahkan, mereka tidak tahu siapa saja yang dikubur di sana. Karena orang yang paling tua di desa Mojor mengaku kalau kuburan itu sudah penuh bahkan saat ia baru lahir.
Di sebelah kiri jalan itu, sebuah rumah berukuran sedang yang dikelilingi tiga pohon pinus raksasa. Lima meter ke belakang adalah semak belukar dan lalu jurang yang memisahkan lokasi kuburan dengan sawah yang tidak terutus itu. Bila berdiri di halaman rumah, akan tampak nisan-nisan diantara pohon bunga setinggi orang dewasa di sepanjang kuburan itu. Rumah itu berukuran sedang. Dindingnya tanpa cat dan atapnya yang terbuat dari seng yang sudah berkarat.
Hari itu malam jumat kliwon, Cahaya bulan remang. Nurdin bersusah paya mendorong motornya yang kehabisan bensin. Pria 32 tahun itu baru pulang dari kecamatan Batani. Tiga kilometer sebelum desa Mojor, angin berhembus kencang. Mata Nurdin gemetar dan liar menatap sekeliling sambil berusaha mendorong sepeda motornya. Semak belukar pada sawah yang tidak terurus itu bergoyang-goyang, suara daun dan ranting yang saling bersentuhan cukup nyaring. Lima langkah sebelum jalan menuju kuburan itu, Nurdin menoleh ke kiri, ke arah kuburan. Kemudian, Ia langsung membuang muka, seolah takut akan melihat hal-hal aneh. Urat leher belakangnya setegang kawat besi, genggaman tangannya pada stang motor semakin kuat, lututnya bergoyang karena teramat takut.
Suara daun-daun itu seperti bisikan dan terkadang seseorang seperti berlari di dalam semak belukar.Nafas Nurdin berat dan sesak, ia mempercepat mendorong sepeda motornya sambil sesekali melirik kanan dan kiri.
Tiba-tiba, suara langkah seseorang terdengar mengikutinya. Nurdin berhenti. Pelan-pelan, ia memutar kepala untuk memastikan suara itu. Wajah Nurdin bergetar, bola matanya bergerak liar, tidak ada apapun di belakangnya. Nurdin menarik nafas yang panjang, ia kembali menggiring sepeda motornya. Tapi, suara itu, suara langkah kaki seseorang terdengar kembali dari belakang.
Tangan Nurdin yang memegang stang motornya semakin gemetar. Ia kembali memutar kepala dan tidak menemukan apapun di belakang. Nurdin kembali menggiring motornya, tiba-tiba seseorang meniup lehernya dan berbisik sesuatu yang tidak jelas. Nurdin berhenti, nafas-nya sesak, jantungnya berdebar-debar. Saat Ia memutar kepalanya, dua buah tangan yang dingin dan putih pucat memegang kedua pipinya.
Nurdin berteriak, ia ingin berlari tetapi tidak bisa. Ia ingin melihat wujud itu tetapi tidak bisa, wajahnya diputar kuat.
“Aaaaarg,” Suara teriakan nurdin begitu nyaring, membuat burung-burung yang sudah beristirahat di gudang pabrik tembaga itu terbang. Nurdin terjatuh di sebelah motornya. Kepala pria itu berputar 180 derajat.
Besoknya, Tono anak SMP yang sekolahnya cukup jauh sudah bangun jam lima pagi. Saat dia sudah hampir melewati jalan itu, tiba-tiba di rem mendadak. Mata Tono hampir meloncat. Sekujur tubuhnya gemetar. Ia bahkan tidak bisa menggerakkan tangannya untuk menekan starter motor. Ia bengong saja.
Di depan matanya, ada ratusan orang berpakaian lusuh abu-abu, mereka berwajah pucat memenuhi jalan. Mereka semua membelakangi Tono seperti mengelilingi sesuatu. Tono berusaha untuk menggerakkan tangannya. Ia ingin menghidupkan motor supaya bisa kabur kembali ke kampung.
Tiba-tiba, serentak semua sosok itu memutar kepala. Mata mereka merah menyala dan menyeringai seperti singa yang kelaparan.
“Aaaarg,” Tono berteriak sambil menutup mata.
Tiba-tiba, ada suara gadis kecil berbisik di telinganya. “Lewat saja Bang, maaf acara kami mengganggu perjalananmu.”
Tiba-tiba setelah mendengar suara itu Tono bisa menggerakkan tangannya. Ia menekan starter motor dan melaju cepat. Sekilas ia melirik tubuh seseorang bersimbah darah di jalan di dekat motor, itu adalah tubuh Nurdin. Tapi Tono sudah tidak berani untuk memeriksa orang itu. Ia kabur secepat mungkin.
Setelah matahari Terbit orang desa digentarkan dengan penemuan mayat Nurdin. Kedua mata pria itu hilang dan mulutnya telah robek.
Usut punya usut ternyata Nurdin pernah menebang pohon dari dekat kuburan dan dijadikan kayu bakar.
Mulai hari itu Tono sudah tidak bisa bicara. Ia selalu ketakutan dan akhirnya menjadi gila.
Ditulis Oleh: Aprilio Tono Samuel/ ttm:Bandung, 13 Januari 2015 - sakit demam